Monday, October 22, 2012

Serentaun

Serentaun adalah panen raya hasil padi di Ciptagelar, tradisi di Ciptagelar panen padi hanya dilakukan setahun sekali, biasanya diakhir tahun. Setelah itu diadakan syukuran hasil panen.

Pertama adalah Ngaseuk, ngaseuk adalah proses penanaman padi di tanah kering (huma). Ini adalah tradisi dari para leluhur-leluhur di Ciptagelar. Menanam padinya harus mundur. Para lelaki melubang-lubangi tanah secara acak, dan para wanita menaburkan biji padi di setiap lubang, satu lubang diberi sekitar 3-5 biji padi. Ngaseuk merupakan hal yang wajib dijalani oleh siapapun sebagai warga Ciptagelar. Saat ngaseuk diiringi dengan permainan angklung. Setelah menanam juga ada ritual berdoa oleh salah satu sesepuh di Ciptagelar.

Sebetulnya, mananam padi dengan cara sawah juga bisa, tapi para leluhur sudah menitipkan untuk warga Ciptagelar kembangkan, lagipula jika menanam dengan cara huma mananamnya bisa bermacam-macam.

Setelah itu, proses panen padi juga diikuti oleh semua warga, tidak lupa diiringi oleh permainan angklung. Lalu setiap 2-3 kg padi diikat, padi yang diikat dinamakan pocong, 1 ikat padi sama dengan satu ikat pocong. lalu dijemur dan ditunggu hingga kering. Setelah kering, pocong-pocong dimasukkan kedalam Leuit, hasil panen dinikmati oleh seluruh warga dan setelah dibagikan, mereka menaruh pocong-pocong di Leuit masing-masing. Setelah panen juga diadakan ritual kembali oleh salah satu sesepuh

Warga Ciptagelar melakukan upacara saat memasukkan pocong di "Leuit si Jimat". Cara memasukkan padi ke Leuit juga ada caranya, caranya keluarkan semua pocong-pocong yang ada didalam leuit, lalu masukkan pocong-pocong yang baru dan masukkan kembali pocong-pocong yang lama. Fungsinya supaya padi yang lama yang dimakan terlebih dahulu.

Padi-padi di Ciptagelar juga tidak boleh dijual, hasilnya untuk tabungan warga serta anak cucu warga Ciptagelar. (Baru bisa segini, kalo ada yang kurang tolong tambahin :D )

By: Rara

2 comments: