Sunday, March 24, 2013

Sur-Go-Ce

Sejujurnya, ini adalah kedua kalinya perjalanan ku menuju kota tua ini, Yogyakarta atau sering disebut dengan "Jogja". Nama yang khas dengan berbagai macam budaya di dalamnya. Saya sendiri sebenarnya ingin menceritakan tentang semua perjalanan yang dilakukan kami, SL 8 Czar-Moglich, tetapi saya merasa tidak enak badan dikarenakan takut yang lain tidak kebagian cerita, jadi tentang part yang saya suka saja ya, yaitu susur goa!

Di hari itu, tanggal 22 Maret, pagi-pagi sekali, jam 7, kami sudah siap untuk berangkat ke Goa Cerme, goa yang dimana akan kami susuri. Setelah pamitan dengan tuan rumah d
imana kami menginap, kami berfoto lalu caw ke goa cerme. Ohya malam itu kami menginap di salah satu desa di Gunung Kidul. 

Perjalanan memakan waktu cukup lama, 1 hingga 2 jam lah kira-kira, ketika kami sampai di gerbang, ternyata kami harus jalan lagi! Naik lagi! Jauuuuuuh. Karena ini kami sudah membawa pakaian-pakaian kami dan barang-barang lain yang diperlukan ke tempat masuk goa atau mulut goa. Kami memanggil guide terlebih dahulu dan menitipkan barang-barang kami di post. 

Diriku sediit takut, karena sebelumnya ada kabar bahwa 3 orang mahasiswa UGM meninggal di dalam goa. Heeeh ngeri aku malam itu, soalnya kami melakukan refleksi dan membicarakan apa yang harus dilakukan ketika di goa. Perasaanku kala itu takut, ya setidaknya hingga Pak Fauzi dan Pak Budi menenangkan kami dengan cara mereka masing, perasaan takut tersebut mengendur. 

Sebelum masuk goa kami membuat barisan dengan urutan-urutan yang dibuat oleh guru, aku berada dibagian tengah2-tengah. Kemuadian ketika masuk pertama-tama kami turun tangga terlebih dahulu dan tiba-tiba byuurrr. Air langsung sepinggang ku, cukup dingin sih, tapi ya enjoy aja seperti kata Pak Fauzi semalam.Ya, memang harus dinikmati sih, soalnya stalaktit dan stalakmit-nya memang meng-enjoy-kan suasana. Ini adalah kali pertamaku menyusuri goa yang ada airnya. Sebelumnya hanya goa Lawa di Purwekerto yang hanya sebatas goa wisata.

Tidak jauh dari pintu masuk, air meninggi, bukan dikarenakan hujan tetapi karena memang tanahnya menurun, jadi basah tambah banyak deh. Selama kurang lebih sejam, perjalanan terbilang aman-aman saja, karena hanya berubah tinggi air dan hanya turun naik sedikit lalu ditambah tanpa merangkak sedikitpun, hanya menunduk saja. Namun, ketika sampai di air terjun kecil yang diperkirakan adalah tengah-tengah goa, perjalanan kami levelnya naik. Mulai dari stalaktit-stalaktit yang ada diatas kepala yang makin ke bawah, jadi kadang kami harus merangkak, dan kami juga mulai capek jadi kefokusan kami berkurang, yah tapi syukurnya kami terus bersama-sama.Kemudian ketika telah berjalan sekitar 30 menit dari air terjun, kami berhenti untuk merefleksikan semua yang telah kami lakukan, dalam keadaan gelap, ya gelap. Semua senter dimatikan, cahaya sedikit pun tak ada, suasana hening sejenak dan setelah beberapa saat Pak Budi bicara, dia berkata bahwa kami harus memikirkan semua yang telah kami lakukan dan pak Budi juga bilang senter dinyalakan jika ia memberi tanda.Cukup banyak yang nangis, terutama para akhwat, yah sayang sekali aku gak bisa nangis, walaupun sejujurnya sedih banget, mikirin penelitian *eh. Engga ding mikirin semuanya, bisa dibilang nangis di dalam tapi tegar di luar *loh. 

Cukup sudah nangis-nangisnya, kami siap berjalan kembali dengan formasi yang sama. Perjalanannya naik level lagi loh, banyak banget ngerangkak atau jongkoknya, pegeel. Ya, banyak kejadian-kejadian lucu ketika jalan, ada yang sendalnya nyangkut, bahkan hingga putus, ada yang ngibul-ngibulan lalu kena omel, main siram-siraman lalu kena omel juga dan ada juga yang bercanda-canda. Tapi itu semua mungkin karena kami menikmati perjalanan itu, walaupun kami cukup gelisah juga dan ternyata kegelisahan itu lah yang membuat kami juga waspada dan berhati-hati. "Kapan lagi coba kaya gini, semoga bukan terakhir deh" pikirku. Habis, stalaktit dan stalakmit-nya membuat goa menjadi suatu pemandangan yang indah bagiku, salah satu dari sekian banyak ciptaan Allah yang indah. Tapi suatu perjalanan pasti ada akhirnya, dan tidak terasa kami pun sampai di akhir goa. Huh, perasaanku campur aduk kala itu, ada rasa lega karena bisa keluar, rasa sedih karena pengen lagi dan rasa bersyukur karena bisa menghirup udara yang terbuka. Kami keluar tau-taunya di samping sawah, setelah istirahat beberapa saat, kami jalan kembali, nah katanya yang paling bahaya adalah perjalanan balik ini, jangan sampai euforia katanya Bu Diah, karena ada turunan yang telah menewaskan beberapa orang, ya memang sih cukup terjal dan karena itu guru-guru pada waswas takut muridnya berlari ketika turunan tersebut. Tapi syukur alhamdulillah, kami aman. Kami langsung bersih-bersih dan setelah bersih-bersih kami makan ganjelan, yaitu p*pmie. Sehabis kenyang dan semua selesai, kmi kembali ke bis dan melanjutkan hal terakhir yang akan dilakukan, beli oleh-oleh!

Cukup sekian dari saya tentang Goa Cerme dari saya, Wassalamu'alaikum!

By: Aslah Areiga

No comments:

Post a Comment