Bis kecil berwarna putih itupun pergi,
yasebut sajalah metro mininya Jogja. Bis yang kami carter selama kurang lebih
tiga hari ini telah mengantar kami ke berbagai tempat kota terdekat sebut saja
Bantul, Sleman bahkan Gunung Kidul dan Kawasan Merapi kami sambangi selama 4
hari dan menyampaikan kami semua disini.
Malioboro, kata ini paling sering ada
dipikiran jika seseorang mendengar kata ‘Jogja’. Petang jam 4 sore kami
menyelusuri Malioboro ini awal mula kearah timur, maksud hati ingin menuju
stasiun Tugu namun kami hanya berkutat di sentral tempat ini dan rombongan pun
mulai terpisah satu demi satu yang hanya sekedar melihat barang atau membeli
namun hilang dari rombongan dan sempat pecah menjai beberapa rombongan ,
yakurang lebih ada tiga jumlah rombongan yang terpecah di tempat ini.
Setelah membeli sandal, saya berjalan
membuntuti Daffa yang tau tentang sini, ya maklum lah dia punya rumah disini
dan sering main kesini sedangkan saya baru dua kali main ke Jogja. Tak lama
kami bertemu dengan beberapa teman lainnya yang sedang berbelanja riuh dan
menjadi satu rombongan.
Berjalan sembari mengomentari obyek obyek
yang ada disekitaran tak membuat kami lelah meski tampak matahari ingin
menyembunyikan sinarnya, kami terus berjalan. Disela jalan sempat dipikiran
naik andong 7 orang, dikira sampe stasiun 10 ribu rupiah ternyata itu bayar per orangan alhasil kami
jalan terus menyusuri Malioboro dengan muka lesu kecapean dan kaki yang sudah
pegel sedari tadi.
Mulutnya terus ngoceh sambil megang tas
beta dan Pais, gajelas ngomong apa nia malah curhat tentang keluarga sodara
nenek kakek sampe keluarga besarnya, tapi kita anggap Cuma kaya angin lewat
karena factor fisik yang drop gabisa ngomentarin celotehan gajelasnya.
Sampai suatu saat kami duduk didepan pintu
masuk stasiun dan langsung menaruh barang di lantai dan suara nafas yang ngos
ngosan sangat terdengar dari hidung maupun mulut yang kecapean. Akusih gangos
ngosan maklum aja pemain bola fisiknya beda sama yang lain. Bosen,kami ngobrol
kecil dan ketawa, ada jugasih yang ngelanjutin curhatnya ada juga yang main
hape, sambil meratapi keindahan suasana Jogja sore hari.
Sesosok itu menarik perhatian kami,yak
orang ini mirip sangat dengan ‘Psy’ yang punya
Gangnam Style yang sempat trending beberapa waktu lalu. Berpakaian mirip
dengan sosok asal korea tersebut, kami spontan berteriak histeris gajelas entah
ngefans ato kagum atau penasaran, namun harus diakui miripnya itu sebelas
duabelas sama yang ada di youtube dan jepretan kamera sudah sigap macam
paparazzi amatiran yang hendak mengabadikan foto yang sebenarnya orang biasa
itu.
Rombongan sudah berkumpul, kami memasuki stasiun dan duduk rame-rame
didepan loket dan setelah menunggu 15 menit kami masuk. Didalam ada yang
menunggu sambil beli jajanan yang tersedia, ada yang becanda ngobrol, ada pula
yang duduk bengong mungkin dia letih sepertinya. Tapi harga makanan disini
mahal bukan kepalang dimana permen karet yang biasa dijual dipasaran hanya berkisar
2000 rupiah disini dua kali lipatnya yakni 4000 rupiah, yak benar disini harus
merogoh kocek yang lebih dalam lagi untuk membeli sebuah makanan atau minuman.
Adzan sudah berkumandang, kamipun laksanan
shalat Jama’ Qashar di mushalla stasiun Maghrib Isha sembari menunggu kereta
datang. Selesai shalat kami didatangi kereta yang akan membawa kami pulang ke
Jakarta sana.
Kami sudah masuk semua dan duduk manis
hadap hadapan sesuai teman pilihannya. Langsung pesen bantal dan minuman wajib
saya yaitu kopi susu. Disini pun makanan dan minuman yang notabene nya harga
kalangan bawah disini dijual tiga kali lipatnya. Bayangkan saja secangkir kopi
susu yang biasa dijual 2000 rupiah disini dijual 7000 ribu rupiah dan patut
dimaklumi karena ini didalam kereta.
Kereta jalan, kami menikmati perjalanan,
ada yang tidur, baca buku, ngobrol , makan, macem macem lah. Tapi lepas jam 10
malam saya dan beberapa temen dapet obrolan berat dari seorang guru hingga jam
setengah dua pagi dan ada jaminan sabtu ini kami tewas di kasur terdekat karena
jam tidur yang sangat tidak mencukupi untuk istirahat malam yang seharusnya
kami butuhkan.
Dalam hati beta pribadi, banyak moral yang
didapat dari outing kali ini, namun kognitifnya sulit dicerna karena outing
kali ini banyak pesan hidup dari para sebut saja leluhur jawa yang kental
dengan wejangan wejangannya. Berat rasanya meninggalkan outing kali ini namun
kami harus kembali ke Jakarta untuk melaksanakan aktifitas rutin kami sebagai
pelajar dan Insha Allah akan menjadi manusia berguna bagi nusa agama yang
Shaleh Shalehah dan akan menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar . Amin Ya rabbal
Alamin.
No comments:
Post a Comment