Monday, March 25, 2013

Sepenggal Cerita Terakhir di Kota Yogyakarta



     Bis kecil berwarna putih itupun pergi, yasebut sajalah metro mininya Jogja. Bis yang kami carter selama kurang lebih tiga hari ini telah mengantar kami ke berbagai tempat kota terdekat sebut saja Bantul, Sleman bahkan Gunung Kidul dan Kawasan Merapi kami sambangi selama 4 hari dan menyampaikan kami semua disini.
     Malioboro, kata ini paling sering ada dipikiran jika seseorang mendengar kata ‘Jogja’. Petang jam 4 sore kami menyelusuri Malioboro ini awal mula kearah timur, maksud hati ingin menuju stasiun Tugu namun kami hanya berkutat di sentral tempat ini dan rombongan pun mulai terpisah satu demi satu yang hanya sekedar melihat barang atau membeli namun hilang dari rombongan dan sempat pecah menjai beberapa rombongan , yakurang lebih ada tiga jumlah rombongan yang terpecah di tempat ini.
     Setelah membeli sandal, saya berjalan membuntuti Daffa yang tau tentang sini, ya maklum lah dia punya rumah disini dan sering main kesini sedangkan saya baru dua kali main ke Jogja. Tak lama kami bertemu dengan beberapa teman lainnya yang sedang berbelanja riuh dan menjadi satu rombongan.
     Berjalan sembari mengomentari obyek obyek yang ada disekitaran tak membuat kami lelah meski tampak matahari ingin menyembunyikan sinarnya, kami terus berjalan. Disela jalan sempat dipikiran naik andong 7 orang, dikira sampe stasiun 10 ribu rupiah  ternyata itu bayar per orangan alhasil kami jalan terus menyusuri Malioboro dengan muka lesu kecapean dan kaki yang sudah pegel sedari tadi.
     Mulutnya terus ngoceh sambil megang tas beta dan Pais, gajelas ngomong apa nia malah curhat tentang keluarga sodara nenek kakek sampe keluarga besarnya, tapi kita anggap Cuma kaya angin lewat karena factor fisik yang drop gabisa ngomentarin celotehan gajelasnya.
     Sampai suatu saat kami duduk didepan pintu masuk stasiun dan langsung menaruh barang di lantai dan suara nafas yang ngos ngosan sangat terdengar dari hidung maupun mulut yang kecapean. Akusih gangos ngosan maklum aja pemain bola fisiknya beda sama yang lain. Bosen,kami ngobrol kecil dan ketawa, ada jugasih yang ngelanjutin curhatnya ada juga yang main hape, sambil meratapi keindahan suasana Jogja sore hari.
    Sesosok itu menarik perhatian kami,yak orang ini mirip sangat dengan ‘Psy’ yang punya  Gangnam Style yang sempat trending beberapa waktu lalu. Berpakaian mirip dengan sosok asal korea tersebut, kami spontan berteriak histeris gajelas entah ngefans ato kagum atau penasaran, namun harus diakui miripnya itu sebelas duabelas sama yang ada di youtube dan jepretan kamera sudah sigap macam paparazzi amatiran yang hendak mengabadikan foto yang sebenarnya orang biasa itu.

      Rombongan sudah berkumpul, kami memasuki stasiun dan duduk rame-rame didepan loket dan setelah menunggu 15 menit kami masuk. Didalam ada yang menunggu sambil beli jajanan yang tersedia, ada yang becanda ngobrol, ada pula yang duduk bengong mungkin dia letih sepertinya. Tapi harga makanan disini mahal bukan kepalang dimana permen karet yang biasa dijual dipasaran hanya berkisar 2000 rupiah disini dua kali lipatnya yakni 4000 rupiah, yak benar disini harus merogoh kocek yang lebih dalam lagi untuk membeli sebuah makanan atau minuman.
     Adzan sudah berkumandang, kamipun laksanan shalat Jama’ Qashar di mushalla stasiun Maghrib Isha sembari menunggu kereta datang. Selesai shalat kami didatangi kereta yang akan membawa kami pulang ke Jakarta sana.
     Kami sudah masuk semua dan duduk manis hadap hadapan sesuai teman pilihannya. Langsung pesen bantal dan minuman wajib saya yaitu kopi susu. Disini pun makanan dan minuman yang notabene nya harga kalangan bawah disini dijual tiga kali lipatnya. Bayangkan saja secangkir kopi susu yang biasa dijual 2000 rupiah disini dijual 7000 ribu rupiah dan patut dimaklumi karena ini didalam kereta.
     Kereta jalan, kami menikmati perjalanan, ada yang tidur, baca buku, ngobrol , makan, macem macem lah. Tapi lepas jam 10 malam saya dan beberapa temen dapet obrolan berat dari seorang guru hingga jam setengah dua pagi dan ada jaminan sabtu ini kami tewas di kasur terdekat karena jam tidur yang sangat tidak mencukupi untuk istirahat malam yang seharusnya kami butuhkan.
     Dalam hati beta pribadi, banyak moral yang didapat dari outing kali ini, namun kognitifnya sulit dicerna karena outing kali ini banyak pesan hidup dari para sebut saja leluhur jawa yang kental dengan wejangan wejangannya. Berat rasanya meninggalkan outing kali ini namun kami harus kembali ke Jakarta untuk melaksanakan aktifitas rutin kami sebagai pelajar dan Insha Allah akan menjadi manusia berguna bagi nusa agama yang Shaleh Shalehah dan akan menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar . Amin Ya rabbal Alamin.

Naufal, Jomblo ngenes


No comments:

Post a Comment